Berita terus muncul tentang kasus-kasus penganiayaan dilakukan anggota Brimob yang bertugas sebagai satpam PT Nabire Baru. Di bawah ada tiga artikel dari para aktivis dan blogger di Nabire. Dua berita pertama diambil dari blog Papales (Papua Pasti Lepas) Mengabarkan. Artikel ketiga adalah bagian dari tulisan lebih panjang didasarkan tulisan Simon Petrus Hanebora, kepala Suku Besar Yerisiam yang sering membahas isu perkebunan di Nabire. Tulisan lengkap bisa dibaca di web Pusaka.
Ironis Koreksi Perusahaan Sawit, Brimob Todong Masyrakat Adat di Nabire
Sejak kejadian tersebut, pemilik ulayat sudah mengambil langkah, dengan menghentikan kegiatan pekerjaan PT.Nabire Baru, dan sudah terhitung tiga hari dihentikan.
Dan meminta DPR Nabire untuk memanggil pihak perusahan,Kapolres Nabire sebagai penanggung jawab brimob-brimob tersebut untuk meminta mempertanggung jawabkan persoalan tersebut.
Sekedar informasi; kejadian anggota Pam Brimob aniaya warga ini bukan yang pertama kalinya, sudah beberapa kali kejadian pemilik ulayat dan kariawan yang bekerja diperkebunan tersebut di aniaya oleh anggota-anggota brimob (Baca Disisni : http://sukuyerisiam.blogspot.com/2013/09/masyarakat-pribumi-suku-besar-yerisiam.html// http://www.nabire.net/oknum-anggota-brimob-aniaya-karyawan-pt-nabire-baru/.
Terhitung dari tahun 2013, sejak brimob hadir diareal perkebunan sawit, sudah 8 kasus sadis yang dilakuakn oleh anggota brimob namun tak dipublikasiakan.(…Stevan….)
Sumber: http://papalesmengabarkan.blogspot.com/2014/07/brimob-todong-masyarakat-adat.html
LMA Nabire Desak Kapolda Papua Tarik Pasukan Pam Brimob dari Seluruh Wilayah Nabire
PAPALES (Papua Pasti Lepas) Mengabarkan/Nabire- Menyikapi beberapa saat kasus-kasus anggota pam brimob yang sangat meresahkan warga nabire dalam aksi-aksinya diwilayah nabire. Membuat lembaga-lembaga adat mualai mengambil sikap tegas.
Antara lain; LMA (Lembaga Masyarakat Adat) Wilayah Nabire, Melaluai ketuanya “Ayub Kowoy” saat ditemui media ini beberapa hari lalu, mengatakan bahwa; ” Nabire ini bukan daerah konflik, jadi tidak perlu harus ada kehadiran anggota pam brimob di nabire.
Ketua LMA Nabire menambahkan; nabire selama ini aman-aman saja sebelum kehadiran angota-angota brimob tersebut, malah kehadiran mereka justru menciptakan konflik di nabire.
Ketua LMA Nabire juga menegasakan dan meminta Kapolda Papua segera menarik anggota-anggota Pam Brimob dari seluruh nabire, karena sudah banyak kasus-kasus yang terjadi di nabire.
Sekedar informasi; dinabire ada sebanyak 4 peleton brimob di nabire, masing-masing dua peleton dari Satuan Pam Brimob Kabupaten Biak dan dua peletonya lagi dari Satuan Pam Brimob Manokwari.
Satuan-satuan tersebut awalnya hadir untuk pengamanan Pileg dan Pilpres 2014 di Nabire. Namun beberapa saat yang terjadi, mereka kini pam di perusahan-perusahan di nabire.
Perusahan-perusahan yang menjadi tempat pam mereka adalah; Perusahan Sawit PT.Nabire Baru di Wami Distrik Yaur Kabupaten Nabire itu di jaga oleh satuan brimob dari biak. Sedangkan satuan brimob manokwari menjaga perusahan kayu log PT. Jathi Darma Indah di Yaro distrik wanggar, yang nota bene perusahan tersebut tak memiliki ijin pengambilan kayu.
Sejak kehadiran pam anggota brimob dinabire sudah beberapa kasus yang terjadi, antara lain; kasus penganiayaan Wakil Bupati Nabire,penganiayaan anggota Kodim 1705 PWY Nabire,penikaman anggota Polisi Polres,penganiayaan kariawan dilahan sawit Nabire dan penodongan terhadap pemilik ulayat baru-baru ini. (,,,,,,,,Stevan…….)
Sumber: Papalesmengabarkan.blogspot.com http://papalesmengabarkan.blogspot.com/2014/07/lma-nabire-desak-kapolda-papua-tarik.html
Aspek Keamanan dari persoalan PT Nabire Baru. (dari ‘Kedaulatan Adat Suku Besar Yerisiam diambang Investasi’)
2. Pemukulan Titus Money saat menuntut gajinya yang ditahan. Korban adalah karyawan yang juga adalah pemilik ulayat.
3. Sering melakukan pemalakan kayu dijalan-jalan secara liar dan menuntut bayaran.
4. Berpeluang terhadap penciptaan konflik yang lebih besar seperti konflik horizontal/ vertical, kasus wasior.
5. Kasus terbaru adalah pemukulan terhadap wakil bupati.
6. PANGDAM Ke Nabire Urusi Perkebunan Sawit. PANGDAM (Panglima Daerah Papua) Mayjen TNI Christian Zebua tiba di Nabire (Rabu 11 september/2013). Kedatangan pangdam tersebut, mendapat pengawalan extra ketat oleh aparat TNI/POLRI Nabire. Kedatangan tersebut di berikan peringatan, pelarangan kepada media Nabire untuk tidak meliput dan juga menerbitkan berita tentang kedatangan pangdam tersebut. Kedatangan pangdam langsung di jemput oleh Bupati Nabire, Ketua DPRD, Dandim, Kapolres, Direktur PT.Nabire Baru dan PT.Sariwana Unggul Mandiri (pemeilik perkebunan sawit), dengan pengawalan ketat dan perjalanan langsung di lanjutkan menuju lahan perkebunan sawit di daerah Wami Distrik Yaur Nabire Barat.
7. Stigmatisasi terhadap suku setempat yang dicap sebagai separatis (OPM), sebuah cara lihai yang dilakukan pemodal dengan pihak keamanan demi memukul mundul upaya masyarakat adat mempertahankan kedaulatan adat diatas tanah leluhur mereka. Seperti yang terjadi pada Minggu 2 Maret 2014.
Salah seorang masayarakat kampung sima distrik Yaur Kabupaten Nabire bernama Otis Waropen, yang sedang berkebun di daerah Wami kali Bambu di tuding oleh polsek setempat sebagai anggota (kurir) TPN-OPM. Satu peleton Brimob Pam Perkebunan sawit ditambah anggota Polres Nabire bersenjata lengkap di kerahkan ke lokasi untuk menahan masyarakat tersebut. Otis Waropen di jadikan tersangka dan di tahan di Polres Nabire.
Hal tersebut membuat Kepala Suku Besar Yerisiam, (SP.Hanebora) sebagai pengayom masyarakat adat setempat angkat bicara. Senin, 3 Maret 2014, SP.Hanebora sangat menyangkan kejadian tersebut. Masyarakat saya mayoritas adalah masyarakat yang hidupnya berkebun, jadi pantas masyarakat saya kalau tinggal berhari-hari bahkan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun di hutan. Masa orang tinggal di tengah laut baru ke darat berkebun di hutan, orang berkebun ya…harus hidupnya di laut, begitupun nelayan hidupnya di laut. Saya sangat menyayangkan kejadian tersebut karena masyarakat saya adalah masyarakat yang tidak tahu menahu tentang persoalan politik dan lain-lain, baru pihak kepolisian harus menuding dan membuat isu-isu yang berbuntut pada kehidupan keseharian masayarakat saya yang akan terganggu. Karena keseharian mereka selalu di hutan untuk berburu, berkebun dan lain-lain. Tegas SP.Hanebora.
Demi menyuarakan hak-hak dasar pribumi, suku besar Yerisiam tak gentar dalam menghadapai halusinasi dan ancaman dari pihak terkait. Secara rutin, melalui kepala suku setempat, seruan masalah disini ke publik. Baik melalui surat pernyataan, mengirim surat kepada berbagai pihak, menyampaikan protes via siaran pers bahkan ikut mengawal proses tersebut dengan satu tujuan “kembalikan hak adat pada tempatnya dan hargailah kedaulatan adat setempat yang duluan ada daripada Negara”.