Felda Global Ventures, sebuah perusahaan raksasa asal Malaysia sudah menandatangani kesepakatan untuk mengakuisisi 37% saham PT Eagle High Plantations Tbk dari pemegang saham utamanya, Rajawali Group. PT Eagle High Plantations diciptakan tahun lalu setelah ‘pengambilalihan terbalik’ BW Plantations oleh Rajawali.

Ini transaksi sangat besar. Felda Global Ventures punya luasan perkebunan sawit terbesar ketiga di dunia dan juga nomor satu di dunia dalam produksi minyak sawit mentah (CPO). Eagle High Plantations sendiri, menurut websitenya, memiliki izin atas 419.000 hektar lahan di beberapa provinsi di Indonesia. Termasuk di Papua dua perkebunan kelapa sawit: PT Tandan Sawita Papua di Kabupaten Keerom dan PT Varia Mitra Andalan di Sorong Selatan.

Juga bagian dari transaksi ini, Felda Global Ventures akan mengakuisi 95% saham bisnis tebu Rajawali di Merauke dimana ada dua perusahaan yang sudah beroperasi, PT Cenderawasih Jaya Mandiri. Felda Global Ventures juga akan ambil 93.3% saham PT Riski Kemilau Berjaya yang juga punya izin di Merauke namun belum membuka lahan.

Tidak heran kalau Felda Global Ventures sangat tertarik dengan membeli perusahaan tebu karena perusahan ini sudah nomor satu di Malaysia dalam produksi gula rafinasi dan berambisi mendominasi industri gula di ASEAN. Kalau sebuah perusahaan sudah punya perkebunan tebu di Indonesia, akan diberi izin untuk mengimpor gula. Hal ini menarik untuk Felda Global Ventures karena Indonesia saat ini tidak swasembada gula.

Felda akan bayar $67 juta untuk ketiga perusahaan tebu, atau sekitar Rp18,7 juta per hektar. Kalau dibandingkan dengan uang ganti rugi tanah biasanya diberikan kepada masyarakat adat di Merauke yang tidak lebih dari Rp 300.000 per hektar. Dalam kata lain masyarakat adat menerima hanya sekitar 1.6% untuk lahannya dibandingkan perusahaan investor.