“Kita harus berpikir ke depan untuk kamu dan anak cucu kamu. Besok cari makan dimana? Berkebun dimana? Mencari kayu untuk bangun rumah dimana? Sebagai orang tua, kami berpikir untuk masa depanmu. Itu sebabnya, mama dan bapak melindungi hutan kita yang tersisa ini.”
Kalimat diatas diucapkan oleh Mariode Malak kepada anak-anaknya. Salah satu persoalan besar di Papua saat ini adalah menghilangnya tanah-tanah adat yang dirampas oleh perusahaan-perusahaan besar dan diubah menjadi kebun-kebun kelapa sawit yang tidak memberikan manfaat bagi penduduk asli.
Lebih jauh, persoalan ini menyebabkan masalah-masalah mendasar yang terkait dengan ketahan pangan penduduk setempat, hilangnya mata pencaharian dan tersingkirnya mereka dari proses pembangungan yang menghargai martabat mereka sebagai pemilik tanah-tanah adat tersebut.
Di tengah hiruk pikuk percepatan eksploitasi sumber daya alam atas nama pembangunan, Mariode Malak berjuang melawan proyek-proyek raksasa ini dengan tujuan untuk mempertahankan lahan-lahan hutan yang tersisa dengan pikiran yang sangat sederhana, yakni keberlangsungan hidup anak-anak dan cucunya.
Kisah Mariode Malak ini terangkum dalam sebuah film pendek berdurasi 4:51 berjudul “Mama Mariode.” Film pendek ini akan menjadi salah satu dari delapan film pendek dalam kompilasi Papuan Voices Vol. II