Merauke, Jubi- Talema Waitipo (19) tahun, salah seorang warga di seputaran Maam, Distrik Bade, Kabupaten Mappi, masih terbaring lemas di Rumah Sakit (RS) Angkatan Laut. Korban diduga ditembak oleh oknum anggota Marinir TNI Angkata Laut yang sedang melakukan pengamanan di PT Dongin Prabhawa.
Tembakan tersebut tepat di bagian paha kiri hingga tembus ke bagian belakang. Juga pada dada sebelah kanan. Selain Talema, juga Yance Doga yang diduga terkena sangkur pada salah satu bagian tangannya. Kini keduanya masih menjalani perawatan.
Salah seorang keluarga korban, Bernardus Wuka saat ditemui di RS AL Senin (9/2) menuturkan, meskipun pada saat kejadian dirinya tidak berada di lokasi, namun berdasarkan penuturan beberapa warga setempat jika korban Talema diduga ditembak oknum anggota Marinir TNI AL yang sedang melakukan penjagaan di wilayah perusahan milik PT Dongin Prabhawa. Selain Talema, juga Yance yang diduga disangkuri oknum anggota.
Dijelaskan, dugaan penembakan itu, dilakukan pada tanggal 8 Pebruari 2015 sekitar pukul 03.00 Wit. Kedua korban sempat dibawa ke klinik milik PT Dongin Prabhawa di Distrik Bade, namun peralatan tidak memungkinkan, sehingga harus dirujuk dan dibawa ke Merauke sekaligus menjalani perawatan di RS Angkatan Laut.
“Memang kondisi Talema bersama Yance sudah berangsur-angsur membaik. Keduanya harus membutuhkan perawatan untuk beberapa hari kedepan, terutama Talema yang mengalami luka tembakan. Dia juga belum bisa diajak untuk komunikasi dengan baik, akibat luka yang dideritanya,” ujar Wuka.
Informasi lain yang dihimpun Jubi, pada tanggal 7 Pebruari 2015, ada acara ulang tahun seorang warga yang dilanjutkan dengan goyang serta pesta minuman keras (miras). Acara itu berlangsung hingga keesokan harinya. Di saat beberapa orang telah dipengaruhi miras, terjadilah gesekan dan sempat menimbulkan keributan diantara mereka sendiri.
Beberapa saat kemudian, anggota Marinir TNI AL mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) sekaligus berusaha melerai dan sempat memberikan tembakan peringatan ke atas udara. Rupanya tembakan itu, tidak membuat warga bubar. Tetapi justru terjadi penyerangan kembali.
Beberapa jam kemudian, lanjut sumber tersebut, dilakukan penyisiran dan ditemukan dua warga itu. Seketika juga dilarikan ke klinik milik perusahan untuk mendapatkan pertolongan. Keluarga dari korban merasa tidak puas dan ikut melakukan pengrusakan terhadap fasilitas yang ada di klinik.
Secara terpisah Danlantamal XI Merauke, Brigjen (TNI Buyung Lalana dalam keterangan persnya kepada sejumlah wartawan mengatakan, awal mula ada kejadian tersebut karena minuman keras. Saat itu, ada acara yang sedang dilangsungkan di daerah Maam.
Oleh karena ada warga merasa terganggu dengan acara dimaksud, demikian Danlantamal, aparat keamanan yang merupakan gabungan dari TNI/Polri termasuk marinir, melakukan patroli. Kehadiran anggota disana, dikira mengganggu dan menghambat jalannya acara.
“Memang sekelompok orang yang sedang dipengaruhi miras, membuat keributan. Sehingga anggota melepas tembakan yang diarahkan ke udara. Dan, awalnya diantara mereka sendiri yang ribut,” ujarnya.
Diakui jika ada warga sempat terluka dan dilarikan ke klinik milik PT Dongin Prabhawa untuk menjalani perawatan. “Saya sudah mendapatkan laporan dari anggota jika luka yang dialami salah seorang korban, bukan tembakan,” tegasnya.
Namun demikian, Danlantamal berjanji untuk tetap melakukan penyelidikan lebih lanjut. Jika ada anggota yang bersikap arogan, akan tetap ditindak sesuai aturan. Sebaliknya jika warga bersikap arogan dan ingin melakukan suatu tindakan yang mengganggu kenyamanan banyak orang, tentunya tidak bisa diberikan toleransi. (Frans L Kobun)
Sumber: Tabloid Jubi http://tabloidjubi.com/2015/02/10/seorang-warga-sipil-di-mappi-diduga-ditembak-oknum-aparat-keamanan/
[catatan awasMIFEE: walaupun perlu menyelediki lebih dalam kronologi peristiwa ini, ditengarai anggota TNI AL sangat tidak proporsionil pakai kekerasan dalam upayanya mengamankan keributan antara beberapa orang yang mabuk. Pendekatan militar untuk menertibkan masyarakat sudah menjadi hal yang biasa di Papua, tak jarang dilakukan oleh aparat yang diangkat sebagai satpam oleh perusahaan perkebunan. Juga bukan kali pertama anggota TNI AL melakukan kekerasan terhadap warga di daerah Bade. Bulan Pebruari 2014 Blasius Sumaghai dipukul dengan popor senjata dan slang air sehingga dia tidak bisa jalan kaki selama empat hari]