Merauke, Jubi-PT Medco Papua akan membuka lahan seluas 2.000 hektar di beberapa kampung di Distrik Kurik untuk penanaman padi. Kini perusahaan tersebut sedang mempersiapkan segala sesuatu termasuk pembukaan lahan sekaligus proses pembibitan.
Kepala Distrik Kurik, Stefanus Kagoup kepada tabloidjubi.com Jumat (17/10) mengatakan beberapa waktu lalu, pihak perusahaan telah melakukan pembayaran uang tali asih kepada beberapa marga seperti Mahuze, Basik-Basik, Kaize dan Ndiken. “Saya tidak ingat persis nilai uang tali asih yang diberikan,” ujarnya.
Meskipun demikian, menurutnya bukan berarti tanah menjadi milik perusahaan. Tetapi hanya dikontrakkan selama kurang lebih 30 tahun. Setelah itu, akan dikembalikan kepada masyarakat sebagai pemilik hak ulayat.
Dikatakan, salah satu butir kesepakatan yang dihasilkan bersama juga adalah pihak perusahaan wajib memberikan beras 20 kilogram untuk setiap hektar kepada pemilik hak ulayat. “Itu wajib dilakukan ketika pihak perusahaan telah melakukan panen padi nanti,” katanya.
Kagoup menegaskan, pihaknya mewajibkan perusahaaan melakukan perekrutan tenaga kerja terutama orang asli Papua mulai dari kegiatan pembukaan lahan, penyemaian bibit hingga proses pemeliharaan sampai kepada panen.
“Saya mengultimatum seperti demikian kepada perusahaan. Artinya bahwa, masyarakat setempat khususnya orang asli Papua, perlu diberdayakan di tanahnya sendiri. Mereka tidak boleh menjadi penonton,” tegasnya.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Merauke, Soter Kamiawi mengatakan, meskipun pihak perusahaan akan membuka lahan untuk pengembangan tanaman padi, namun apa yang menjadi hak masyarakat setempat harus diselesaikan terlebih dahulu.
Selain itu, demikian Soter, perekrutan terhadap tenaga kerja, perlu memperhatikan juga orang asli Papua. Mereka adalah pemilik hak ulayat. Sehingga diberdayakan secara langsung.
Sumber: Tabloid Jubi: http://tabloidjubi.com/2014/10/18/pt-medco-papua-buka-lahan-2000-hektar-untuk-tanam-padi/
[catatan awasMIFEE. Medco adalah salah satu perusahaan yang dulu paling aktif dalam proses menggagas konsep MIFEE. Pada saat itu Medco berencana menanam berbagai komoditas di daerah Merauke namun ternyata hanya jadi mengelola konsesi hutan tanaman industri yang memproduksi kayu serpih untuk ekspor. Beberapa bulan yang lalu usaha itu pun terpaksa menghentikan operasinya karena tidak beruntung. Selain artikel di atas, awasMIFEE belum mengolah informasi lain tentang rencana Medco untuk menanam padi, namun sepertinya ini akan merupakan investasi skala luas yang pertama oleh sebuah korporasi di daerah Merauke dalam bidang pertanian komoditas pangan (selain tebu dan sawit). Tentu saja, bahkan kalau Medco memenuhi janjinya untuk memperkerjakan orang asli Papua dalam rice estate-nya, karyawan akan tetap tergantung pada korporasi. Orang asli Papua akan jauh lebih ‘diberdayakan’ kalau mereka didukung menjadi petani di atas tanah mereka sendiri daripada hanya menjadi buruh tani untuk korporasi.]