Jayapura, Jubi – Simon Petrus Hanebora, Kepala Suku Besar Yerisiam, Nabire yang selama ini dengan gigih berjuang untuk menentang dan mengusir perusahaan kelapa sawit di kampung Sima dan Wamin, Distrik Yaur kabupaten Nabire, dikabarkan meninggal dunia pada Kamis (12/2/2015) sekitar pukul 03.05 WIT dini hari dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nabire, setelah dirawat selama empat hari karena sakit.
Robertino Hanebora, Sekertaris Suku besar Yerisiam saat menghubungi Jubi dari Nabire, Kamis ( menjelaskan, awalnya pada hari Jumat pekan kemarin, pak SP Hanebora mengaku sedang sakit deman. Kemudian, pada hari Sabtu, pak SP Hanebora muntah-muntah dan tak sadarkan diri. Sehingga pada hari itu juga ia dibawa ke dokter praktik untuk periksa sakit dan kata dokter pak SP Hanebora ada sakit malaria.
Lanjut Robert, karena muntah terus dan tidak bisa makan, sehingga, pada hari minggu kemudia ia dibawa ke RSUD untuk mendapat perawatan. Di rumah sakit, ia mendapat perawatan selama empat hari sejak hari minggu.
“Pada hari senin dan selasa, kondisinya sudah membaik dan sudah bisa makan. Namun kondisinya drop dan kondisinya sudah tidak bisa bicara baik. Pada saat itu, tidak bisa periksa darah karena laboratorium di RSUD Nabire rusak,” urainya.
Lebih lanjur, Robert mengatakan, dengan melihat kondisi itu, pihak keluarga bayar dokter di luar lalu periksa darah. Dan pada hari rabu (11/2/2015) , hasil pemeriksaan darah dari laboratorium, dokter mengatakan pak SP Hanebora menderita sakit Malaria, penyakit gula darah, Hepatitis sakit Jantung dan sakit lambung.
“Jadi hari Rabu itu kondisi bapak masih drop dan kritis. Lalu, pada tanggal 12 Februari 2015 pukul 03.05 dini hari, bapak meninggal dunia,” katanya.
Robertino Hanebora mengatakan, dengan kepergian pak SP Hanebora ini tidak akan mematahkan semangat perjuangan untuk melawan perusahaan kelapa sawit di kampung Sima dan Wami yang terus merusak alam dan sumber daya alam milik suku Yerisiam.
“Kami anak-anak siap melanjutkan perjuangan Bapak,” tegasnya.
Untuk diketahui, SP Hanebora adalah kepala suku besar suku Yerisiam. Selama hidupnya, ia selalu berjuang untuk melawan perusahaan kelapa sawit di kampung Sima dan Wami, distrik Yaur, kabupaten Nabire. Pertemuannya terakhirnya dengan Perusahaan Kelapa Sawit di Nabire adalah pada akhir Januari 2015. Ia bersama suku Yerisiam dipertemukan dengan pimpinan PT. Nabire Baru oleh Kapolres Nabire, guna membahas tentang ganti rugi lahan yang saat ini sedang dikuasai oleh PT. NB.
SP Hanebora dengan gigih terus berjuang untuk menentang perusahaan kelapa sawit itu. Namun ajal berkata lain. Ia harus pergi lebih dahulu. Para generasi suku Yerisiam di Nabire dituntut untuk terus berjuang meneruskan perjuangan SP Hanebora. (Arnold Belau)
Source: Tabloid Jubi http://tabloidjubi.com/2015/02/12/kepala-suku-besar-yerisiam-meninggal-dunia/