Sejak awal tahun 2014 dua anak perusahaan Austindo Nusantara Jaya Agro sudah mulai membuka lahan untuk perkebunan kelapa sawit di Sorong Selatan. Ini temuan analisis foto satelit oleh Greenomics .
Dalam laporan tahunan 2013 ANJ Agro mengaku tiga tahun mendatang akan menjadi ‘masa sibuk’ dengan kegiatan mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Sorong Selatan dan Maybrat. Mereka terbit foto basekamp untuk operasi pembukaan lahan yang diberikan nama ‘Hexagon’. Foto ini tunjukkan bahwa basekamp ini masih dikelilingi hutan dalam kondisi baik dengan pohon tinggi.
Dalam serangkaian gambar Landsat hutan yang sudah dibabat bisa dilihat. Setiap bulan areal yang dibuka memperluas. Foto-foto dibawah tunjukkan bagian dari konsesi PT Putera Manunggal Perkasa, sebuah anak perusahaan ANJ Agro:
Anak perusahaan ANJ Agro lainnya PT Permata Putera Mandiri juga membuka lahan pada tahun 2014:
Dalam laporannya, Greenomics juga pakai data dari Global Forest Watch yang menunjukkan bahwa sekitar 67% luas konsesi kedua anak perusahaan ini adalah ‘landeskap hutan yang utuh’ (‘intact forest landscape’) dan menanyakan mengapa kedua perusahaan ini dapat izin setelah moratorium izin baru kehutanan sudah diresmikan beberapa bulan sebelumnya.
Greenomics juga catat bahwa sejak 2007 ANJ Agro tetap menjual minyak sawit hasil kebunnya kepada Wilmar. Pada akhir tahun 2013 Wilmar mengeluarkan kebijakan baru untuk tidak beli dari pemasok yang melakukan deforestasi. Greenomics minta penjelasan dari Wilmar terkait hal ini.
Selain merusak hutan Papua, pemilik ANJ Agro, George Tahija, juga adalah anggota Dewan Penasihat ‘The Nature Conservancy (TNC)’ untuk Indonesia. Greenomics meminta TNC menjelaskan langkah-langkah yang akan diambil terkait dengan status George Tahija sebagai anggota dewan penasihat ini.
Laporan lengkap Greenomics: http://www.greenomics.org/docs/ANJ-clearance-Papua-forest_%28LowRes%29.pdf